Cara Menghitung Diskon dalam Dunia Bisnis dan Keuangan

Cara Menghitung Diskon dalam Dunia Bisnis dan Keuangan

Diskon adalah salah satu instrumen paling populer dalam dunia perdagangan dan keuangan. Dalam konteks bisnis, diskon tidak hanya digunakan sebagai strategi penjualan untuk menarik pelanggan, tetapi juga sebagai bagian penting dari negosiasi harga, pengelolaan keuangan, serta analisis profitabilitas.

Memahami cara menghitung diskon secara akurat merupakan kemampuan fundamental yang wajib dimiliki oleh pelaku usaha, profesional akuntansi, staf pemasaran, hingga pelanggan ritel. Kesalahan dalam perhitungan diskon bisa menyebabkan kerugian finansial, salah penetapan harga, atau bahkan citra buruk perusahaan jika disampaikan tidak konsisten kepada pelanggan.

Artikel ini akan mengulas pengertian, jenis-jenis diskon, rumus perhitungannya, serta contoh penerapan diskon dalam konteks operasional, akuntansi, dan strategi bisnis secara mendalam dan menyeluruh.

Pengertian Diskon

Pengertian Diskon

Diskon (discount) adalah potongan harga yang diberikan kepada pembeli dari harga asli atau harga normal sebuah barang atau jasa. Tujuan diskon bisa beragam, seperti:

  • Meningkatkan volume penjualan
  • Menarik pelanggan baru
  • Menghabiskan stok lama
  • Memberi insentif pembelian dalam jumlah besar
  • Meningkatkan loyalitas pelanggan

Diskon bisa diberikan dalam bentuk persentase (%), nominal tetap, atau kombinasi keduanya. Diskon juga sering digunakan dalam perdagangan grosir, ritel, pemasaran, hingga keuangan korporat.

Baca juga: Contoh Laporan Arus Kas yang Benar dan Cara Menyusunnya

Jenis-Jenis Diskon dalam Bisnis

Memahami jenis diskon penting karena setiap jenis memiliki cara hitung dan tujuan strategis yang berbeda. Berikut adalah jenis-jenis diskon yang umum dijumpai dalam praktik bisnis:

1. Diskon Tunai (Cash Discount)

Diskon yang diberikan kepada pembeli jika mereka membayar dalam jangka waktu tertentu. Ini biasa disebut sebagai diskon pembayaran cepat.

Contoh: “2/10, net 30” artinya pembeli mendapat diskon 2% jika membayar dalam 10 hari, jika tidak, harus membayar penuh dalam 30 hari.

2. Diskon Dagang (Trade Discount)

Diskon yang diberikan kepada reseller atau pembeli grosir sebagai bagian dari hubungan bisnis, bukan karena pembayaran cepat.

Biasanya diberikan berdasarkan jumlah pembelian atau status pelanggan (distributor, agen, dll).

3. Diskon Kuantitas (Quantity Discount)

Diskon yang diberikan karena pembeli membeli dalam jumlah besar (volume tinggi).

Contoh: beli 100 unit, dapat potongan 10%.

4. Diskon Musiman (Seasonal Discount)

Diberikan pada waktu tertentu, seperti menjelang akhir tahun, lebaran, atau saat pergantian musim.

5. Diskon Promosi / Penjualan (Sales Discount)

Diskon yang bersifat temporer untuk menarik minat konsumen, biasanya pada momen kampanye marketing.

6. Diskon Bertingkat (Cumulative or Multiple Discounts)

Diskon yang diberikan dalam beberapa lapis, misalnya 20% + 10%, bukan berarti total diskon 30%, karena perhitungannya bertahap.

Rumus Dasar Menghitung Diskon

1. Diskon Tunggal (Diskon Persentase Satu Tingkat)

Rumus:

java

CopyEdit

Diskon = Harga Asli × Persentase Diskon

Harga Setelah Diskon = Harga Asli − Diskon

Contoh:
Harga asli = Rp500.000
Diskon = 20%
Diskon = 500.000 × 20% = Rp100.000
Harga setelah diskon = 500.000 − 100.000 = Rp400.000

2. Diskon Nominal Tetap

Rumus:

java

CopyEdit

Harga Setelah Diskon = Harga Asli − Nilai Diskon

Contoh:
Harga asli = Rp1.000.000
Diskon tetap = Rp150.000
Harga setelah diskon = 1.000.000 − 150.000 = Rp850.000

3. Diskon Bertingkat (Multiple Discounts)

Rumus:

nginx

CopyEdit

Harga Setelah Diskon 1 = Harga Asli × (1 − Diskon 1)

Harga Setelah Diskon 2 = Harga Setelah Diskon 1 × (1 − Diskon 2)

Contoh:
Harga asli = Rp1.000.000
Diskon 1 = 20%, Diskon 2 = 10%

Tahap 1:
Diskon pertama = 1.000.000 × 20% = Rp200.000
Harga setelah diskon pertama = 800.000

Tahap 2:
Diskon kedua = 800.000 × 10% = Rp80.000
Harga akhir = 800.000 − 80.000 = Rp720.000

Catatan:
Bukan 30% dari 1 juta (karena 20% + 10% ≠ 30%), tetapi diskon total hanya 28% efektif.

4. Diskon Tunai dengan Syarat Pembayaran

Format umum: x/y, net z

Artinya:

  • x% adalah diskon
  • y hari adalah batas waktu diskon
  • z hari adalah batas waktu pelunasan

Jika dibayar dalam y hari, dapat potongan x%. Jika lewat, bayar penuh.

Contoh:
“2/10, net 30”
Faktur: Rp50.000.000
Jika dibayar dalam 10 hari → Potongan 2%
Diskon = 50.000.000 × 2% = Rp1.000.000
Harus dibayar = Rp49.000.000

Cara Menghitung Diskon dalam Transaksi Grosir

Dalam dunia perdagangan B2B (business-to-business), diskon sering digunakan untuk menjaga loyalitas pelanggan dan mendorong pembelian berulang. Contoh perhitungan:

Contoh:
Seorang distributor membeli 100 unit barang dengan harga Rp200.000 per unit. Ia mendapat diskon kuantitas 15% dan diskon tambahan loyalitas 5%.

Langkah-langkah:

  • Harga awal = 100 × 200.000 = Rp20.000.000
  • Diskon 15% = 20.000.000 × 15% = Rp3.000.000 → Sisa: Rp17.000.000
  • Diskon 5% dari 17.000.000 = Rp850.000
  • Harga akhir = 17.000.000 − 850.000 = Rp16.150.000

Baca juga: Apa Itu Prabayar? Pengertian, Kelebihan, dan Kekurangannya

Peran Diskon dalam Strategi Bisnis dan Keuangan

1. Menarik Pelanggan Baru

Diskon dapat memperkenalkan produk baru kepada pasar atau menjangkau konsumen baru.

2. Meningkatkan Volume Penjualan

Diskon besar-besaran bisa meningkatkan pembelian dalam waktu singkat.

3. Mengelola Stok Lama

Stok yang mendekati masa kadaluarsa atau model lama bisa dijual dengan harga diskon.

4. Meningkatkan Arus Kas

Diskon pembayaran cepat bisa mempercepat perputaran kas masuk dari piutang.

5. Menjaga Hubungan dengan Mitra

Diskon dagang dan loyalitas menjadi bagian dari negosiasi jangka panjang antar bisnis.

Diskon dalam Laporan Keuangan

Dalam praktik akuntansi, diskon dicatat tergantung jenisnya:

  • Diskon penjualan (sales discount) dicatat sebagai pengurang pendapatan di laporan laba rugi.
  • Diskon pembelian (purchase discount) dicatat sebagai pengurang biaya pembelian atau HPP.
  • Diskon tunai biasanya dikaitkan dengan termin pembayaran dan mempengaruhi laporan arus kas.

Kesalahan Umum dalam Menghitung Diskon

  1. Menjumlahkan diskon bertingkat secara langsung
    20% + 10% ≠ 30% (harus dihitung berjenjang)
  2. Salah menempatkan urutan diskon
    Urutan diskon bisa memengaruhi hasil akhir dalam diskon bertingkat.
  3. Tidak menghitung PPN setelah diskon
    Pajak harus dihitung dari harga setelah diskon, bukan sebelum.
  4. Mengabaikan syarat waktu dalam diskon tunai
    Diskon hanya berlaku jika dibayar dalam batas waktu tertentu.

Tools dan Software untuk Menghitung Diskon

Untuk mempermudah perhitungan, pelaku usaha dapat menggunakan:

  • Microsoft Excel (fungsi formula diskon)
  • Software akuntansi seperti Accurate, Jurnal, QuickBooks
  • POS System (Point of Sale) yang mengintegrasikan diskon otomatis
  • Marketplace tools seperti Tokopedia, Shopee yang menyediakan setting diskon promo

Simulasi Diskon dalam Strategi Penjualan

Studi Kasus:

Sebuah toko online ingin menghabiskan stok baju musim lalu. Harga awal per unit Rp350.000. Diberikan diskon 25%.

Skenario 1:
Penjualan tanpa diskon → Hanya 10 unit terjual
Pendapatan = 10 × 350.000 = Rp3.500.000

Skenario 2:
Dengan diskon 25% → 40 unit terjual
Harga per unit = 350.000 − (25% × 350.000) = Rp262.500
Pendapatan = 40 × 262.500 = Rp10.500.000

Hasil:
Diskon meningkatkan pendapatan 3x lipat dan menghabiskan stok yang tersisa.

Kesimpulan

Diskon adalah alat yang sangat penting dalam dunia bisnis dan keuangan. Baik sebagai strategi pemasaran, pengelolaan arus kas, maupun insentif dagang, diskon bisa memberi manfaat besar bagi penjual maupun pembeli. Namun, untuk memanfaatkannya secara maksimal, pelaku usaha harus memahami cara menghitung diskon secara tepat, memilih jenis diskon yang sesuai tujuan, serta memahami dampaknya terhadap laporan keuangan.

Dengan perencanaan dan penghitungan diskon yang tepat, pelaku usaha bisa meningkatkan efisiensi, loyalitas pelanggan, dan profitabilitas bisnis secara berkelanjutan.

Author: Dio Luwi

Dio Luwi is a seasoned expert in digital payment solutions, specializing in fintech innovation, payment processing, and financial technology strategy. With extensive experience in the industry, he has contributed to the development of secure and efficient digital payment ecosystems.

Related article